BAB I
PENDAHULUAN
Andisol merupakan tanah-tanah yang umumnya berwarna hitam
dengan epipedon mollik atau umbrik atau ochrik atau kambik, bulk density
(kerapatan lindak) kurang dari 0,85 g/cm3, banyak mengandung amorf atau lebih
dari 60% terdiri dari abu vulkanik vitrik, cindes atau bahan pyroklastik lain.
Data analisis andisols dari berbagai wilayah menunjukkan
bahwa andisols memiliki tekstur yang bervariasi dari berliat sampai berlempung
kasar. Tetapi sebagian besar tergolong berlempung halus samapi berlempung
kasar. Reaksi tanah umumnya agak masam, kandungan bahan organik lapisan atas
sedang sampai tinggi dan lapisan bawahnya umumnya rendah dengan rasio C/N
tergolong rendah. Kandungan P dan K potensial bervariasi, mulai rendah sampai
tinggi. Jumlah basa dapat ditukar, tergolong sedang sampai tinggi dan
didominasi ion Ca dan Mg, juga sebagian K. KTK tanah sebagian besar sedang
sampai tinggi dengan KB sedang. Dengan demikian potensi andisols dinilai
tergolong sedang sampai tinggi.
Andisol mempunyai beberapa sifat kimia yang penting. Muatan
permanen yang rendah dan muatan tergantung pH yang tinggi. Keracunan aluminium
jarang terjadi. Andisol mempunyai kemampuan memfiksasi fosfat dan mengikat air
yang lebih tinggi. Persentase karbon lebih tinggi bila dibandingkan dengan
tanah-tanah mineral lainnya.
Tingginya bahan organik di andisol diyakini disebabkan oleh
adsorbsi molekul organik oleh alofan dan imogolit. Alofan dan imogolit memiliki
komposisi kimia yang beragam, tergantung pada variasi rasio molar SiO2/AlO3 dan
kandungan air. Alofan mampu berikatan dengan humus tanah dengan ikatan
kompleksasi membentuk khelasi Al dalam alofan dengan membentuk komplek yang
cukup resisten.
Tanah
Andisols merupakan tanah yang cukup subur. Di Indonesia, tanah utama yang
banyak dimanfaatkan untuk perkebunan teh dan kopi, untuk tanaman holtikultura.
Tanah andisols ini juga berpotensi untuk tanaman semusim maupun tahunan selain
itu dapat untuk tanaman palawija dan padi ataupun untuk hutan lindung. Hal ini
dikarenakan Andisols merupakan tanah yang mengandung bahan organik cukup tinggi
sehingga tanah tersebut cukup baik dalam penyediaan nitrogen bagi tanaman.
Andisols pada hakikatnya merupakan tanah subur khususnya yang mempunyai
kejenuhan basa agak rendah sampai tinggi, Tanah andisols mempunyai aerasi dan
porositas tinggi sehingga tanaman mudah berpenetrasi ke dalam tanah dan
unsur-unsur hara berupa kation-kation basa dan nitrogen cukup tersedia bagi
tanaman. Andisols pada umumnya tersusun dari bahan-bahan atau partikel lepas
sehingga mempunyai permeabilitas dan aerasi cukup tinggi, ketahanan
penetrasinya cukup rendah maka seharusnya pengolahan tanah untuk budidaya
pertanian tidak diperlukan lagi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Andisol
merupakan tanah berkembang dari letusan fulkanik (seperti abu vulkanik, pumice,
batu apung, cinder, lava), dan atau material-material order rangkaian pendek
dari komplek Al-humus. Dalam beberapa kondisi lingkungan pelapukan alumunium
silikat primer juga memacu pembentukan mineral-mineral order rangkaian pendek (Hardjowigeno,
2003).
Proses pembentukan tanah yang utama pada andisol adalah proses pelapukan
dan transformasi (perubahan bentuk). Proses pemindahan bahan (translokasi) dan penimbunan
bahan-bahan tersebut di dalam solum sangat sedikit. Akumulasi bahan organic dan
terjadinya kompleks bahan organik dengan Al merupakan sifat khas pada beberapa
Andisol. Pelapukan mineral aliminium silikat primer telah
berlanjut hanya sampai pada pembentukan mineral “short range order” seperti
alophan, imogolit, dan ferihidrit.tingkat pelapukan seperti ini sering
dikatakan sebagai tingkat peralihan antara tanah vulkanik yang belum dilapuk
dengan tanah vulkanik yang lebih melapuk. Walaupun demikian pada keadaan
lingkungan tertentu mineral-mineral “short range order” cukup stabil sehingga
tidak atau lambat sekali berubah menjadi mineral lain. (Sudihardjo, dkk, 2006).
Tanah dimasukkan
dalam Andisol bila tanah tersebut mempunyai sifat andik pada seluruh sub
horisonnya, apakah tertimbun atau tidak, memiliki ketebalan secara kumulatif
35cm atau lebih pada kedalaman 60cm dari permukaan tanah mineral atau diatas
lapisan organik yang mempunyai sifat andik dengan ketebalan dangkal (Soil
Survey Staff, 1990). Dibawah lapisan dengan sifat tanah andik tersebut, tanah
dapat mempunyai sembarang horison penciri. Itulah syarat minimum untuk Andisol.
Asal syaratini dipenuhi maka tanah tersebut Andisol, apapun sifat tanah yang
dibawahnya (Hardjowigeno, 2003).
Andisol dapat
mempunyai sembarang epipedon, asalkan persyaratan minimum untuk ordo Andisol
dapat dipenuhi pda dan/ atau dibawah epipedon. Andisol juga dapat mempunyai
sembarang regim kelembapan dan regim tempertur tanah dan dapat ditemukan
disembarang posisi landscape maupun ketiggian. Andisol memenuhi syarat
sebagai tanah mineral; syarat ini untuk membedakan dengan tanah Histosol
yang merupakan tanah organik (Sudihardjo, dkk, 2006).
Pengolahan tanah
misalnya pelumpuran 25 cm lapisan atas untuk padi sawah dapat mengubah sifat
fisik lapisan atas, misalnyakerapatan lindak (bulk density). Walaupun demikian
terdapatnya lapisan dengan sifat tanah andik setebal paling sedikit 35 cm
dibawah lapisan yang diolah tersebut akan menempatkan tanah tersebut sebagai
Andisol (Damanik,
dkk, 2011).
Banyak Andisol
yang berlapis-lapis (stratified); untuk dapat disebut Andisol, lapisan-lapisan
yang mempunyai sifat tanah andik tersebut tebal seluruhnya (kumulatif) harus
sekurang-kurangnya 35 cm pada kedalaman 60 cm teratas. Di banyak tempat bahan
sala volkanik sering tercampur dengan bahan lain seperti loess, bahan aluvium,
dan sebagainya; asalkan syarat minimum sifat tanah andik dan syarat ordo
Andisol terpenuhi, tanah tersebut juga termasuk Andisol (Asikin, 1978)
Sifat tanah andik
kadang-kadang ditemukan pada horison spodik. Tanah ini termasuk dalam ord
Spodosol dan tidak termasuk ordo Andisol. Karena pada Andisol translokasi Fe
dan Al atau bahan organik dari lapisan atas ke lapisan bawah tidak terlihat.
Andisol berbeda dengan Spodosol karena Andisol tidak mempunyai horson alvik
atau sisa-sisa horison albik serta tidak mempunyai horison spodik (Hardjowigeno,
2003).
Sifat-sifat
fisiko-kimia tanah andik sering ditemukan pada tanah Oxisol. Walaupun demilian
sifat tanah andik berbeda dengan horison oksik, karena sifat tanah andik
mengandng banyak mineral mudah lapuk seperti gelas volkanik, feldspar, atau
mineral fero-magnesium. Selain itu horison oksik juga tidak mengandung alofan
atau Al-humus. Andisol dapat
mempunyai regim kelembaban aridik, asal persyaratan minimum Andisol dipenuhi.
Dalam hal ini Andisol mungkin mempunyai akumulasi karbonat sekunder, gypsum,
atau garam-garam (Buchman, 1969).
Horison-horison
dengan sifat tanah andik sering memenuhi syarat sebagai horison kambik; karena
itu tanah ini diklasifikasikan sebagai Inceptisol berdasar atas sifat hasil
pelapukan yang pada Andisol didominasi oleh mineal “short range order”
sedangkan pada Inceptisol mineral liat kristalin (Separti,1983).
Tanah yang
termasuk ordo Spodosol merupakan tanah dengan horison bawah terjadi penimbunan
Fe dan Al-oksida dan humus (horison spodik) sedang, dilapisan atas terdapat
horison eluviasi (pencucian) yang berwarna pucat (albic). Padanan dengan sistem
klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzol (Sudihardjo, dkk, 2006).
Dalam ilmu tanah,
Podsol (juga dieja Podzol, atau dikenal sebagai Spodosol) adalah khas dari
tanah yg termasuk jenis pohon jarum, atau hutan utara. Mereka juga yang khas
dari tanah eucalypt hutan dan heathlands di selatan Australia. Nama ini untuk Rusia
"di bawah ash" (под / pod = bawah, зола / zola = abu) dan mungkin
merujuk kepada umum pengalaman Rusia petani dari pembajakan membuat terlihat di
bawah lapisan-abu (leached atau E cakrawala) pada saat pertama bajakan yang
perawan tanah dari jenis ini. Tanah ini terdapat di daerah-daerah yang basah
dan dingin (misalnya di Northern Ontario atau Rusia) dan juga di daerah-daerah
hangat seperti Florida sandy dimana tanah air yang berfluktuasi meja (humic
varian dari utara podzol atau Humod). Contoh yang hangat-iklim podzol adalah
Myakka pasir halus, tanah state of Florida (Hardjowigeno,
2003).
Horizon E, yang
biasanya 4-8 cm, rendah dalam Fe dan Al oxides dan humus. Itu dibentuk di bawah
lembab, dingin dan kondisi acidic, terutama di mana bahan induk materi, seperti
granit atau batu pasir, kaya akan kuarsa. Hal ini ditemukan di bawah lapisan
bahan organik dalam proses pembusukan, yang biasanya 5-10 cm. Di tengah, sering
terdapat sebuah lapisan tipis 0,5-1 cm. Bleached yang berjalan di atas tanah
menjadi merah atau disebut redbrown horizon rusty soil. Warna yang kuat di
bagian atas, dan berubah pada kedalaman 50 hingga 100 cm makin ke bagian tanah
yang terutama tidak terpengaruh oleh proses, yang merupakan bahan induk. Profil
tanah dimaksudkan huruf A (tanah), E (eluviated tanah), B (lapisan tanah
sebelah bawah) dan C (bahan induk) (Asikin, 1978)
Yang utama dalam
proses pembentukan Spodosols adalah podzolisation. Podzolisation adalah proses
yang rumit (atau jumlah sub-proses) di mana bahan organik dan mineral larut
(umumnya besi dan aluminium) adalah dari leached E A dan B horizons ke bawah. Dalam
podzols, yang berarti pemindahan eluviation dari clays, humic acid, besi, dan
lainnya dari konstituen larut A dan E horizons. Konstituen ini mungkin akan
menumpuk membentuk horizon illuvial spodic dan dalam beberapa kasus yang
horizon placic atau besi band. Podzolization terjadi leaching parah ketika
meninggalkan atas horizon hampir habis semua kecuali tanah konstituen kuarsa
butir. Tanah mineral di ufuk J membusuk oleh reaksi dengan asam humic dan
formulir larut garam. Dari bahan yang leached A cakrawala adalah didepositkan
di ufuk B sebagai humus kaya cakrawala-band atau sebagai lapisan sesquioxides
keras (Berry, 1959).
Sub-proses
tersebut meliputi mobilisasi, eluviation dan illuviation. Mobilisasi dan
eluviation kedua memindahkan bahan-bahan organik dan mineral melalui A ke B
ufuk cakrawala. Selama ini, mereka bereaksi dengan air (illuviation) menjadi
oxidised. Ini proses podzolisation hasil karakteristik tanah di profil
spodosols, di mana E cakrawala yang biasanya ashen putih atau warna abu-abu
tanpa struktur dan terdapat lapisan khusus hardpan oksida di ufuk B (yang
selalu gelap daripada E cakrawala) . E cakrawala bisa abu-abu gelap di profil
yang tinggi dalam hal organik, namun dalam kasus yang B yang sangat gelap (Grim,
1953).
Namun, seperti
conifers allelopathically mengurangi kompetisi oleh produksi lebat horizon O
dari acidic dan beracun karena daun yang membusuk lambat, bentuk utama
interaksi tanah-tanaman adalah bahwa dari conifers sendiri. The acidic horizonO,
seiring dengan pola curah hujan yang mirip dengan yang moister grasslands, juga
mendorong illuviation dari oxides dari aluminium dan besi. Dalam beberapa
podzols, horizon E tidak hadir - baik oleh masked biologi atau kegiatan
obliterated oleh gangguan. Podzols dengan sedikit atau tanpa horizon E
pembangunan yang sering diklasifikasikan sebagai Brown podzolic tanah (Noor,
2008).
DAFTAR PUSTAKA
Asikin,
Sukendar. 1978. Dasar-dasar Geologi Struktur. Departemen Teknik Geologi
ITB. Bandung.
Badgley,
P.C. 1959. Structural Methot For The Exploration Geologist. Oxford Book
Company. New Delhi.
Berry, L. g and B.
Mason. 1959. Mineralogy.
Sanfrancisco: Concepta.
Buchman, Harry and
Nyle, Brady. 1969. Ilmu Tanah.
Jakarta: Bhatara Karya Aksara.
Danny
Z H., 2005. Kegiatan pemantauan dan evaluasi konservasi sumberdaya mineral
daerah Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah. Kolokium Hasil Lapangan – DIM,
Bandung.
Grim, R. E. 1953. Clay Mineralogy. New York: Mcgraw Hill
Book co Inc.
Hardjowigeno,
H. Sarwono., 2003. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo
Noor, D. 2008.
”Pengantar
Geologi”. Bogor : Universitas Pakuan.
Graha, Doddy Setya. 1987. Batuan
dan Mineral. Bandung
Santoso,
Budi. 1993. Sifat dan Ciri Tanah Andisol.
Malang: Universitas Brawijaya. Malang.
Separti, Coeswono.
1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor.
Soil Survey
Staff. 1999. Kunci Taksonomi Tanah.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Sudiharjo,
A. M., N. Tejoyuwono dan D. Mulyadi. 2006.
Andisolisasi Tanah-tanah di Wilayah Karst Gunung Kidul. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada.