Rabu, 27 Mei 2015

Tanah Andisols

BAB I
PENDAHULUAN

Andisol merupakan tanah-tanah yang umumnya berwarna hitam dengan epipedon mollik atau umbrik atau ochrik atau kambik, bulk density (kerapatan lindak) kurang dari 0,85 g/cm3, banyak mengandung amorf atau lebih dari 60% terdiri dari abu vulkanik vitrik, cindes atau bahan pyroklastik lain.
Data analisis andisols dari berbagai wilayah menunjukkan bahwa andisols memiliki tekstur yang bervariasi dari berliat sampai berlempung kasar. Tetapi sebagian besar tergolong berlempung halus samapi berlempung kasar. Reaksi tanah umumnya agak masam, kandungan bahan organik lapisan atas sedang sampai tinggi dan lapisan bawahnya umumnya rendah dengan rasio C/N tergolong rendah. Kandungan P dan K potensial bervariasi, mulai rendah sampai tinggi. Jumlah basa dapat ditukar, tergolong sedang sampai tinggi dan didominasi ion Ca dan Mg, juga sebagian K. KTK tanah sebagian besar sedang sampai tinggi dengan KB sedang. Dengan demikian potensi andisols dinilai tergolong sedang sampai tinggi.
Andisol mempunyai beberapa sifat kimia yang penting. Muatan permanen yang rendah dan muatan tergantung pH yang tinggi. Keracunan aluminium jarang terjadi. Andisol mempunyai kemampuan memfiksasi fosfat dan mengikat air yang lebih tinggi. Persentase karbon lebih tinggi bila dibandingkan dengan tanah-tanah mineral lainnya.
Tingginya bahan organik di andisol diyakini disebabkan oleh adsorbsi molekul organik oleh alofan dan imogolit. Alofan dan imogolit memiliki komposisi kimia yang beragam, tergantung pada variasi rasio molar SiO2/AlO3 dan kandungan air. Alofan mampu berikatan dengan humus tanah dengan ikatan kompleksasi membentuk khelasi Al dalam alofan dengan membentuk komplek yang cukup resisten.

Tanah Andisols merupakan tanah yang cukup subur. Di Indonesia, tanah utama yang banyak dimanfaatkan untuk perkebunan teh dan kopi, untuk tanaman holtikultura. Tanah andisols ini juga berpotensi untuk tanaman semusim maupun tahunan selain itu dapat untuk tanaman palawija dan padi ataupun untuk hutan lindung. Hal ini dikarenakan Andisols merupakan tanah yang mengandung bahan organik cukup tinggi sehingga tanah tersebut cukup baik dalam penyediaan nitrogen bagi tanaman. Andisols pada hakikatnya merupakan tanah subur khususnya yang mempunyai kejenuhan basa agak rendah sampai tinggi, Tanah andisols mempunyai aerasi dan porositas tinggi sehingga tanaman mudah berpenetrasi ke dalam tanah dan unsur-unsur hara berupa kation-kation basa dan nitrogen cukup tersedia bagi tanaman. Andisols pada umumnya tersusun dari bahan-bahan atau partikel lepas sehingga mempunyai permeabilitas dan aerasi cukup tinggi, ketahanan penetrasinya cukup rendah maka seharusnya pengolahan tanah untuk budidaya pertanian tidak diperlukan lagi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Andisol merupakan tanah berkembang dari letusan fulkanik (seperti abu vulkanik, pumice, batu apung, cinder, lava), dan atau material-material order rangkaian pendek dari komplek Al-humus. Dalam beberapa kondisi lingkungan pelapukan alumunium silikat primer juga memacu pembentukan mineral-mineral order rangkaian pendek (Hardjowigeno, 2003).
Proses pembentukan tanah yang utama pada andisol adalah proses pelapukan dan transformasi (perubahan bentuk). Proses pemindahan bahan (translokasi) dan penimbunan bahan-bahan tersebut di dalam solum sangat sedikit. Akumulasi bahan organic dan terjadinya kompleks bahan organik dengan Al merupakan sifat khas pada beberapa Andisol. Pelapukan mineral aliminium silikat primer telah berlanjut hanya sampai pada pembentukan mineral “short range order” seperti alophan, imogolit, dan ferihidrit.tingkat pelapukan seperti ini sering dikatakan sebagai tingkat peralihan antara tanah vulkanik yang belum dilapuk dengan tanah vulkanik yang lebih melapuk. Walaupun demikian pada keadaan lingkungan tertentu mineral-mineral “short range order” cukup stabil sehingga tidak atau lambat sekali berubah menjadi mineral lain. (Sudihardjo, dkk, 2006).
Tanah dimasukkan dalam Andisol bila tanah tersebut mempunyai sifat andik pada seluruh sub horisonnya, apakah tertimbun atau tidak, memiliki ketebalan secara kumulatif 35cm atau lebih pada kedalaman 60cm dari permukaan tanah mineral atau diatas lapisan organik yang mempunyai sifat andik dengan ketebalan dangkal (Soil Survey Staff, 1990). Dibawah lapisan dengan sifat tanah andik tersebut, tanah dapat mempunyai sembarang horison penciri. Itulah syarat minimum untuk Andisol. Asal syaratini dipenuhi maka tanah tersebut Andisol, apapun sifat tanah yang dibawahnya (Hardjowigeno, 2003).
Andisol dapat mempunyai sembarang epipedon, asalkan persyaratan minimum untuk ordo Andisol dapat dipenuhi pda dan/ atau dibawah epipedon. Andisol juga dapat mempunyai sembarang regim kelembapan dan regim tempertur tanah dan dapat ditemukan disembarang posisi landscape maupun ketiggian. Andisol memenuhi syarat  sebagai tanah mineral; syarat ini untuk membedakan dengan tanah Histosol yang merupakan tanah organik (Sudihardjo, dkk, 2006).
Pengolahan tanah misalnya pelumpuran 25 cm lapisan atas untuk padi sawah dapat mengubah sifat fisik lapisan atas, misalnyakerapatan lindak (bulk density). Walaupun demikian terdapatnya lapisan dengan sifat tanah andik setebal paling sedikit 35 cm dibawah lapisan yang diolah tersebut akan menempatkan tanah tersebut sebagai Andisol (Damanik, dkk, 2011).
Banyak Andisol yang berlapis-lapis (stratified); untuk dapat disebut Andisol, lapisan-lapisan yang mempunyai sifat tanah andik tersebut tebal seluruhnya (kumulatif) harus sekurang-kurangnya 35 cm pada kedalaman 60 cm teratas. Di banyak tempat bahan sala volkanik sering tercampur dengan bahan lain seperti loess, bahan aluvium, dan sebagainya; asalkan syarat minimum sifat tanah andik dan syarat ordo Andisol terpenuhi, tanah tersebut juga termasuk Andisol (Asikin, 1978)
Sifat tanah andik kadang-kadang ditemukan pada horison spodik. Tanah ini termasuk dalam ord Spodosol dan tidak termasuk ordo Andisol. Karena pada Andisol translokasi Fe dan Al atau bahan organik dari lapisan atas ke lapisan bawah tidak terlihat. Andisol berbeda dengan Spodosol karena Andisol tidak mempunyai horson alvik atau sisa-sisa horison albik serta tidak mempunyai horison spodik (Hardjowigeno, 2003).
Sifat-sifat fisiko-kimia tanah andik sering ditemukan pada tanah Oxisol. Walaupun demilian sifat tanah andik berbeda dengan horison oksik, karena sifat tanah andik mengandng banyak mineral mudah lapuk seperti gelas volkanik, feldspar, atau mineral fero-magnesium. Selain itu horison oksik juga tidak mengandung alofan atau Al-humus. Andisol dapat mempunyai regim kelembaban aridik, asal persyaratan minimum Andisol dipenuhi. Dalam hal ini Andisol mungkin mempunyai akumulasi karbonat sekunder, gypsum, atau garam-garam (Buchman, 1969).
Horison-horison dengan sifat tanah andik sering memenuhi syarat sebagai horison kambik; karena itu tanah ini diklasifikasikan sebagai Inceptisol berdasar atas sifat hasil pelapukan yang pada Andisol didominasi oleh mineal “short range order” sedangkan pada Inceptisol mineral liat kristalin (Separti,1983).
Tanah yang termasuk ordo Spodosol merupakan tanah dengan horison bawah terjadi penimbunan Fe dan Al-oksida dan humus (horison spodik) sedang, dilapisan atas terdapat horison eluviasi (pencucian) yang berwarna pucat (albic). Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzol (Sudihardjo, dkk, 2006).
Dalam ilmu tanah, Podsol (juga dieja Podzol, atau dikenal sebagai Spodosol) adalah khas dari tanah yg termasuk jenis pohon jarum, atau hutan utara. Mereka juga yang khas dari tanah eucalypt hutan dan heathlands di selatan Australia. Nama ini untuk Rusia "di bawah ash" (под / pod = bawah, зола / zola = abu) dan mungkin merujuk kepada umum pengalaman Rusia petani dari pembajakan membuat terlihat di bawah lapisan-abu (leached atau E cakrawala) pada saat pertama bajakan yang perawan tanah dari jenis ini. Tanah ini terdapat di daerah-daerah yang basah dan dingin (misalnya di Northern Ontario atau Rusia) dan juga di daerah-daerah hangat seperti Florida sandy dimana tanah air yang berfluktuasi meja (humic varian dari utara podzol atau Humod). Contoh yang hangat-iklim podzol adalah Myakka pasir halus, tanah state of Florida (Hardjowigeno, 2003).
Horizon E, yang biasanya 4-8 cm, rendah dalam Fe dan Al oxides dan humus. Itu dibentuk di bawah lembab, dingin dan kondisi acidic, terutama di mana bahan induk materi, seperti granit atau batu pasir, kaya akan kuarsa. Hal ini ditemukan di bawah lapisan bahan organik dalam proses pembusukan, yang biasanya 5-10 cm. Di tengah, sering terdapat sebuah lapisan tipis 0,5-1 cm. Bleached yang berjalan di atas tanah menjadi merah atau disebut redbrown horizon rusty soil. Warna yang kuat di bagian atas, dan berubah pada kedalaman 50 hingga 100 cm makin ke bagian tanah yang terutama tidak terpengaruh oleh proses, yang merupakan bahan induk. Profil tanah dimaksudkan huruf A (tanah), E (eluviated tanah), B (lapisan tanah sebelah bawah) dan C (bahan induk) (Asikin, 1978)
Yang utama dalam proses pembentukan Spodosols adalah podzolisation. Podzolisation adalah proses yang rumit (atau jumlah sub-proses) di mana bahan organik dan mineral larut (umumnya besi dan aluminium) adalah dari leached E A dan B horizons ke bawah. Dalam podzols, yang berarti pemindahan eluviation dari clays, humic acid, besi, dan lainnya dari konstituen larut A dan E horizons. Konstituen ini mungkin akan menumpuk membentuk horizon illuvial spodic dan dalam beberapa kasus yang horizon placic atau besi band. Podzolization terjadi leaching parah ketika meninggalkan atas horizon hampir habis semua kecuali tanah konstituen kuarsa butir. Tanah mineral di ufuk J membusuk oleh reaksi dengan asam humic dan formulir larut garam. Dari bahan yang leached A cakrawala adalah didepositkan di ufuk B sebagai humus kaya cakrawala-band atau sebagai lapisan sesquioxides keras (Berry, 1959).
Sub-proses tersebut meliputi mobilisasi, eluviation dan illuviation. Mobilisasi dan eluviation kedua memindahkan bahan-bahan organik dan mineral melalui A ke B ufuk cakrawala. Selama ini, mereka bereaksi dengan air (illuviation) menjadi oxidised. Ini proses podzolisation hasil karakteristik tanah di profil spodosols, di mana E cakrawala yang biasanya ashen putih atau warna abu-abu tanpa struktur dan terdapat lapisan khusus hardpan oksida di ufuk B (yang selalu gelap daripada E cakrawala) . E cakrawala bisa abu-abu gelap di profil yang tinggi dalam hal organik, namun dalam kasus yang B yang sangat gelap (Grim, 1953).
Namun, seperti conifers allelopathically mengurangi kompetisi oleh produksi lebat horizon O dari acidic dan beracun karena daun yang membusuk lambat, bentuk utama interaksi tanah-tanaman adalah bahwa dari conifers sendiri. The acidic horizonO, seiring dengan pola curah hujan yang mirip dengan yang moister grasslands, juga mendorong illuviation dari oxides dari aluminium dan besi. Dalam beberapa podzols, horizon E tidak hadir - baik oleh masked biologi atau kegiatan obliterated oleh gangguan. Podzols dengan sedikit atau tanpa horizon E pembangunan yang sering diklasifikasikan sebagai Brown podzolic tanah (Noor, 2008).


DAFTAR PUSTAKA

Asikin, Sukendar. 1978. Dasar-dasar Geologi Struktur. Departemen Teknik Geologi ITB. Bandung.
Badgley, P.C. 1959. Structural Methot For The Exploration Geologist. Oxford Book Company. New Delhi.
Berry, L. g and B. Mason. 1959. Mineralogy. Sanfrancisco: Concepta.
Buchman, Harry and Nyle, Brady. 1969. Ilmu Tanah. Jakarta: Bhatara Karya Aksara.
Danny Z H., 2005. Kegiatan pemantauan dan evaluasi konservasi sumberdaya mineral daerah Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah. Kolokium Hasil Lapangan – DIM, Bandung.
Grim, R. E. 1953. Clay Mineralogy. New York: Mcgraw Hill Book co Inc.
Hardjowigeno, H. Sarwono., 2003. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo
Noor, D. 2008. ”Pengantar Geologi”. Bogor : Universitas Pakuan.
Graha, Doddy Setya. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung
Santoso, Budi. 1993. Sifat dan Ciri Tanah Andisol. Malang: Universitas Brawijaya. Malang.
Separti, Coeswono. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor.
Soil Survey Staff. 1999. Kunci Taksonomi Tanah. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Sudiharjo, A. M., N. Tejoyuwono dan D. Mulyadi. 2006. Andisolisasi Tanah-tanah di Wilayah Karst Gunung Kidul. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.